Dunia Pendidikan sedang tidak baik baik saja.
Mengapa tidak? Karena akhir akhir ini banyak sekali kasus kasus yang bertebaran
mengenai kasus bunuh diri yang kian marak. Banyak hal atau faktor yang
mempengaruhi hal tersebut. Salah satu dari penyebab terjadinya adalah tingkat
intensitas stress dikalangan mahasiswa.
masyarakat dilihat di medsos itu banyak ditawarkan orang-orang bunuh diri karena dia mereka tidak memahami situasi sosial yang si dia situasi psikologis dia. bagaimana jika kita cuman ngelihat pandangannya itu keluar dari agama saja atau tidak memandang dia dari psikologinya dari situasi sosial.
Menurut teori emile durkheim bunuh diri di sebut teori fatalistik. Dimana seorang individu memiliki tekanan yang hebat dari peraturan peraturan yang menjadikan individu tersebut mengalami tekanan batin. Baik dari lingkup keluarga, pertemanan, sekolah, dan lain lain. Sehingga orang tersebut berani mengambil langkah jauh untuk bisa bunuh diri atau mengakhiri hidupnya.
Pakar Psikolog Universitas
Airlangga Atika Dian Ariana, M.Sc, M.Psi (UNAIR) menyebut
keberagaman penyebab bunuh diri dapat dikategorikan secara biopsikososial. “Secara biologis,
orang tersebut dapat memiliki keluhan fisik yang membuat tidak berdaya seperti
masalah jantung dan hormonal. Sedangkan secara psikologis mungkin yang
bersangkutan memiliki kerentanan untuk merasa tidak berarti. Selain itu secara
sosial remaja atau mahasiswa akan masuk ke dalam relasi sebaya yang merasa
hangat dan inti. Tentu bentuk kegagalan dari beberapa aspek tersebut dapat
membuat seseorang merasa depresi.” Tuturnya.
Dalam data dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tingkat intensitas kasus bunuh diri dari tahun ke tahun memang naik signifikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Dari tahun 2019 dengan kasus bunuh diri kurang lebih 302 kasus melonjak di tahun 2023 dengan kasus hampir 1000 kasus bunuh diri. Kasus bunuh diri ini dengan rincian tahun 2019 ada 302 kasus, tahun 2020 ada 670 kasus, tahun 2021 ada 613 kasus, tahun 2022 ada 826 kasus, dan tahun 2023 ada 971 kasus.
“Pasti nya trend bunuh diri ini tandanya udah
urgent bagi mental para mahasiswa ya. Yang pastinya bunuh diri ini tidak jauh
jauh dari seseorang memiliki tekanan terhadap suatu hal, yang bisa
berkelanjutan menjadi stress atau depresi jika tidak segera ditanganin. Oleh
karena itu jangan sepelakan masalah mental seseorang”. Ucap Salwa (Mahasiswa
psikologi Universitas Muhammadiyah HAMKA)
Dalam menangani masalah bunuh diri ini bisa dilakukan denga beberapa hal seperti: (1) Mencari kegiatan yang positif, sebagai bentuk healing untuk diri sendiri, (2) Mengadakan edukasi tentang penting nya kesehatan mental, (3) Menjadi pendengar bila teman sedang sedih dan ingin bercerita, (4) Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog.